Sunday 2 February 2014

Mendung



Lebih dari beribu ucapan yang kudengar.
Entah itu nyata atau hanya bualan.
Pikiranku seakan tulus berkata “Hey, tak perlu ragu dengannya!”
Terus terngiang-ngiang berada di batang otak

Teringat waktu masa kecil, anak-anak selalu memainkan boneka barbienya. Oh ya Tuhan apakah aku bagaikan boneka itu? kau temukan aku lalu kau mainkan setelah kau puas, kau taruh begitu saja atau bahkan kau buang?
Lebih baik kau menjadikanku sebuah lilin yang kau pakai sekali ketika kau ingin dan kemudian aku akan hilang dengan sendirinya ketika kau sudah selesai denganku.

Takkan pernah mudah memang.
Sulit menjadi mudah, panas menjadi dingin, cerah menjadi mendung, hingga aku menjadi bonekamu.
Aku memang tidak bisa menghindari ini. Menghindari takdir yang aku jalani.
Tapi aku juga tidak bisa menghindari perasaan ini kalau aku seperti hewan peliharaannya. Bergerak jika sang majikan menyuruh.

Langit memang tak selalu mendung, adakalanya berubah cerah. Tapi entah mengapa setiap kali mendung ini berganti cerah, si mendung ini selalu datang kembali.
Entah siapa dan apa yang membawanya. Segelap inikah? Semendung inikah langit yang mengiringi?
Atau ini hanya tipuan belaka (lagi)?
Ah, aku benci tipuan, aku benci kebohongan.
Akupun bersumpah, jika sang mendung kembali dengan kebohongan maka aku akan pergi ke dunia yang membuatku nyaman.





_Aditya Ari Pradana