Thursday 20 August 2015

70 Tahun Indonesia, Merah Putih, Paskibra, Balaraja




Tepat 17 Agustus 2015 adalah 5 tahun sudah saya melakukan yang orang lain atau tidak semua orang bisa dan mampu meakukannya. Walaupun hanya berada di tingkatan I, walaupun mungkin saya kalah dengan generasi di bawah saya yang bisa berada di tingkatan II, III bahkan Nasional tapi saya tetap bangga mempunyai peran yang sama, mempunyai hal yang sama yang ingin dibanggakan, dan mempunyai sesuatu yang selalu dijaga hingga akhir. Merah Putih, secarik kain, tipis, berisi bentukan dan warna yang diikatkan pada tiang oleh seutas tali dan berkibar jika ditiup angin. Ya, ituah yang saya, kami, kamu, dan kita semua jaga. Merah Putih, bentuk dan warna simbolis Negara Indonesia yang kini tepat di tahun 2015 sudah berusia 70 tahun.

Tepat setiap 17 Agustus saya menyaksikan suatu hal yang tidak pernah akan bisa saya lewatkan, Upacara Pengibaran dan Penurunan Bendera. Ini 5 tahun sudah saya berada di lapangan tiap menjelang Agustus dan ketika Agustus tiba. Harus berpanas-panasan, berdebu-debu ria, berpeluh keringat, melawan rasa malas. Disini saya rindu dengan matahari pagi, hembusan angin di lapangan ini, saya rindu dengan suara derap langkah para pemuda pemudi yang terus semangat menancapkan ribuan langkah kakinya.


Disini saya merasa terdapat sebuah perasaan yang tidak bisa saya sebutkan apa tepatnya. Entah cinta terhadap tanah air, cinta terhadap organisasi ini. Entah cinta terhadap teman-teman, senior-senior, junior, yang sudah seperti satu ikatan keluarga. Atau entah saya merasa seperti punya tanggung jawab sebagai penerus yang dijaman sekarang mungkin banyak generasi saya atau dibawah saya lebih memilih gadgetnya dibanding merasakan nikmatnya berjuang ditengah lapangan. Apalagi yang bisa saya, kamu, kita lakukan untuk negeri ini di hari ulang tahunnya? 

Saya merasa ini lah yang saya bisa berikan tiap tahunnya untuk hari ulang tahun, hari kemerdekaan negeri ini. Hal yang sederhana mungkin dengan memberikan pemuda pemudi penerus yang ingin menaikan simbol, warna kebesaran, harga diri bangsa dan negeri ini sampai ujung tiang hingga berkibar. Ya, Bendera Merah putih.

Selama saya masih di tanah ini, saya masih bisa ada di setiap tahunnya. Mungkin saya masih bisa lima sampai sepuluh tahun lagi mengorbankan waktu. TAPI selama saya masih hidup, dan menginjakkan kaki di tanah Balaraja ini, saya akan tetap rindu dengan derap langkah kaki gagah perkasa para Paskibra yang terus berusaha, bergembira, yang ingin melihat Sang Dwi Warna berkibar dengan gagah.






Tuesday 23 June 2015

Gara-gara Dinas Malam

Sumpah, gua ngga bohong. Gara-gara gua udah 3 bulan kerja akhirnya kena dinas malam alias shift 3 *yakelah! -_-
Awalnya sih kerja fine-fine aja sih ya, awal masuk dikasih full sebulan dinas pagi dan bulan kedua naik jadi dinas pagi sama siang dan bulan ketiga naik jadi dinas pagi, siang, malam. BEUUUEEEHHHHH MANTAP!

Kalau dinas pagi enak, pulang siang jam 2 dan nyampe rumah bisa tidur pulas. Ngga enaknya ya harus bangun pagi-pagi habis solat subuh langsung prepare hahaha dan pulangnya harus ngadepin panasnya matahari -_-

Dinas siang enak, kerjaan ngga terlalu numpuk kayak dinas pagi sih tapi ya gitu serasa nanggung aja ngejalanin hari. Dan ngga enaknya tuh ya berangkat siang terik dan pulang dengan keadaan letih dan ngehadapin jalanan malam.

Nah ini, dinas malam. Enak sih, kerjaan lebih dikit lagi. Gua sebagai seorang perekam medis ya kalau malam kerjaaan dikit. Pasien juga dateng cuma ke IGD. Nah dan ngga enaknya tuh gara-gara ada dinas  malam tuh ya pola tidur jadi amburadul. Jujur gua ngga bisa namanya tidur kayak pegawai-pegawai yang lainnya yang kalau ngga ada pasien bisa nyambi tidur gitu. Gua ngga akan bisa merem soalnya gua takut kebluk dibanguninnya susah. Kan malu kalau kayak gitu hahaha :v
Gua jadi tidur jam setengah 9 pagi sampai dzuhur dan tidur lagi stelah dzuhur. Kepala kan jadi pusing. Jadi ketinggalan ini itu seharian, jadi cuma bisa nikmatin malam doang -_-

Ya mungkin ini karena gua aja yang masih baru dalam dunia kerja, tapi ya mungkin beda sama yang udah berpengalaman. Selebihnya sih dinas malam itu enak, kerjaan dikit hehehe :D

Wednesday 7 January 2015

Pembunuh Raga

Ratapan sendiri sendu.
Dibuai Sang Dewi Cinta.
Aku hanya mengangguk terteguk buaian sendu.
Oh Amor, mengapa tak hadirkan benih sayang?
Oh Amor, siapa yang harus mengalah?
Oh Amor, siapa yang berkata ini?

Aku hanya lelaki bermasalah.
Tahu apa aku tentang suci? Tentang putih? Tentang bersih? Tentang Cinta??!
Ingin aku lukai sanubari,  makin erat dengan belati.
Apa daya sang putri sudah terlebih dahulu menikam.
Menikam dengan sikap dan kata tajam. 

Matilah aku,
Tidak, cintaku tidak mati.
Walau raga dan harga diri ini mati dengan keegoisan Sang Putri