Tepat 17 Agustus 2015
adalah 5 tahun sudah saya melakukan yang orang lain atau tidak semua orang bisa
dan mampu meakukannya. Walaupun hanya berada di tingkatan I, walaupun mungkin
saya kalah dengan generasi di bawah saya yang bisa berada di tingkatan II, III
bahkan Nasional tapi saya tetap bangga mempunyai peran yang sama, mempunyai hal
yang sama yang ingin dibanggakan, dan mempunyai sesuatu yang selalu dijaga
hingga akhir. Merah Putih, secarik kain, tipis, berisi bentukan dan warna yang
diikatkan pada tiang oleh seutas tali dan berkibar jika ditiup angin. Ya, ituah
yang saya, kami, kamu, dan kita semua jaga. Merah Putih, bentuk dan warna
simbolis Negara Indonesia yang kini tepat di tahun 2015 sudah berusia 70 tahun.
Tepat setiap 17 Agustus
saya menyaksikan suatu hal yang tidak pernah akan bisa saya lewatkan, Upacara
Pengibaran dan Penurunan Bendera. Ini 5 tahun sudah saya berada di lapangan
tiap menjelang Agustus dan ketika Agustus tiba. Harus berpanas-panasan, berdebu-debu
ria, berpeluh keringat, melawan rasa malas. Disini saya rindu dengan matahari
pagi, hembusan angin di lapangan ini, saya rindu dengan suara derap langkah
para pemuda pemudi yang terus semangat menancapkan ribuan langkah kakinya.
Disini saya merasa
terdapat sebuah perasaan yang tidak bisa saya sebutkan apa tepatnya. Entah cinta
terhadap tanah air, cinta terhadap organisasi ini. Entah cinta terhadap
teman-teman, senior-senior, junior, yang sudah seperti satu ikatan keluarga.
Atau entah saya merasa seperti punya tanggung jawab sebagai penerus yang
dijaman sekarang mungkin banyak generasi saya atau dibawah saya lebih memilih
gadgetnya dibanding merasakan nikmatnya berjuang ditengah lapangan. Apalagi
yang bisa saya, kamu, kita lakukan untuk negeri ini di hari ulang tahunnya?
Saya merasa ini lah yang saya bisa berikan tiap tahunnya untuk hari ulang
tahun, hari kemerdekaan negeri ini. Hal yang sederhana mungkin dengan
memberikan pemuda pemudi penerus yang ingin menaikan simbol, warna kebesaran,
harga diri bangsa dan negeri ini sampai ujung tiang hingga berkibar. Ya,
Bendera Merah putih.
Selama saya masih di
tanah ini, saya masih bisa ada di setiap tahunnya. Mungkin saya masih bisa lima
sampai sepuluh tahun lagi mengorbankan waktu. TAPI selama saya masih hidup, dan
menginjakkan kaki di tanah Balaraja ini, saya akan tetap rindu dengan derap
langkah kaki gagah perkasa para Paskibra yang terus berusaha, bergembira, yang
ingin melihat Sang Dwi Warna berkibar dengan gagah.